Food & travel

Pesona Moskow, dari Kremlin hingga Arbat Street

By : Rahman Indra - 2018-12-31 13:16:00 Pesona Moskow, dari Kremlin hingga Arbat Street


Cara terbaik mengenal sebuah kota adalah dengan berjalan menelusurinya ditemani pemandu lokal yang friendly. Seperti apa? Berikut cerita penelusuran Shantica Warman kala di Moskow.

Setidaknya itulah cara konvensional yang cukup aman mengeksplorasi Moscow terutama bagi turis dadakan seperti saya yang hanya bermodalkan sisipan free time di antara padatnya agenda liputan. Pemandu lokal jadi andalan untuk bisa berkeliling kota dalam waktu singkat (tanpa nyasar), bercerita tentang banyak hal, termasuk keluar masuk stasiun layaknya penduduk setempat.

Sementara aplikasi Google Map hanya saya gunakan untuk memastikan jarak tempuh dari satu destinasi ke destinasi lain. Dua malam di kota ini atas undangan Bvlgari, saya menajamkan semua indera demi menikmati setiap sudut dan suasana kota seoptimal mungkin. 

(Baca juga: Catatan dari Moskow: Pameran Terbesar Bvlgari 2018)

Moscow first timer

Saya mendarat di Moscow Domodedovo Airport, satu dari tiga bandara internasional tersibuk di kota ini, yang berjarak sekitar 42km dari pusat kota. Lewat pemeriksaan imigrasi yang cukup ketat (koper cabin size saya dibongkar tanpa alasan jelas) akhirnya saya keluar dari gerbang kedatangan dengan perasaan lega. Suasana ramai pagi itu terasa asing. Mungkin karena ini pertama kali saya menginjakkan kaki di kota Moscow, atau mungkin juga karena pemandangan huruf-huruf ‘keriting’ yang berderet di sekeliling airport. Untung saja Elena, pemandu lokal berwajah mirip Ellen DeGeneres sudah menunggu saya tepat di samping gate. Kami pun langsung berjalan menuju meeting point di mana telah siap mobil van yang akan mengantar ke hotel.


(Moskow. Foto: Dok/HerworldIndonesia)


Sepanjang perjalanan, Elena bercerita sekilas tentang sejarah kota Moscow yang kebetulan saat itu tengah berdandan menyambut hari ulang tahunnya yang ke-871. Moscow atau Moskwa diambil dari nama sungai yang membelah kota berpenduduk terpadat di Rusia ini. Separuh lebih dari penduduk Moscow tinggal di luar kota, dan bekerja mengandalkan fasilitas Metro atau kereta bawah tanah.

“Moscow bukan tempat yang pas untuk berbelanja produk fashion. Selain harga yang mahal, koleksinya kurang up to date,” begitu katanya. “Moscow tidak menghasilkan banyak bahan makanan. Kebanyakan hasil perkebunan dibawa dari luar kota, sehingga harganya menjadi cukup tinggi,” lanjutnya.

 Sambil menikmati pemandangan deretan gedung antik berwarna pastel nan rapi di sepanjang jalan, kami pun mengatur strategi, bagaimana dapat mengenal Moscow dalam waktu dua hari ke depan. Beruntung acara pameran perhiasan akbar Bvlgari yang menjadi tujuan utama saya pada perjalanan ini digelar di kompleks museum Kremlin yang terletak di tengah kota, dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki dari hotel The Ritz-Carlton Moscow, tempat kami menginap. Dengan begitu, beberapa destinasi yang wajib kunjung dapat dilunasi pada hari pertama: Kremlin, Red Square (dan GUM) serta St Basil Cathedral yang ikonik. 

Kremlin

Kremlin berarti benteng. Kompleks ini terletak di tengah Moscow, menghadap sungai Moskwa di Selatan, St Basil Cathedral dan Red Square di Timur, dan Alexander Garden di Barat. Jauh sebelum menjadi kompleks museum yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia, Kremlin yang berdiri di atas tanah seluas 27 hektar ini merupakan tempat tinggal sekaligus pusat pemerintahan Tsar. Kini para wisatawan dapat memasuki sebagian kompleks ini melalui gerbang yang terletak di dekat Alexander Garden. Beberapa katedral di dalamnya masih berfungsi sebagai tempat ibadah serta ada pula bangunan putih yang tampak baru, yaitu Kremlin Palace of Congresses tempat dimana partai komunis mengadakan konferensi akbar. Memasuki kompleks ini, tidak disarankan mengenakan sepatu tumit tinggi karena jalannya masih berupa susunan batu yang tidak rata.


(Moskow. Foto: Dok/HerworldIndonesia)

Katedral St Basil 

Bangunan menggemaskan dengan beberapa kubah bercorak warna warni ini jadi simbol Rusia sejak berdiri pada tahun 1561. Empat kubah terbesar adalah gereja dengan nama yang berbeda, yaitu Cyprian & Justina, Holy Trinity, The Icon of St Nicholeas The Miracle Worker dan The Entry of Lord into Jerusalem. Selain itu, St Basil Cathedral juga terdiri dari chapel-chapel kecil yang dibangun untuk memperingati beberapa kejadian atau peperangan pada masa Tsar Ivan IV. Konon arsitek yang membangun katedral ini dibutakan matanya agar tidak bisa merancang bangunan serupa lagi setelahnya. Semoga kabar ini tidak benar adanya.

GUM

Terletak di Red Square, GUM dikenal sebagai pusat pertokoan terbesar di Rusia, seperti Bergdorf Goodman di New York atau Harrods di London. Bangunan yang pernah menjadi kantor Stalin di tahun 1920an ini memiliki gaya arsitektur Russian Medeival, memanjang 240 meter dengan dari 3 arcade dan 3 lantai. Memiliki langit-langit yang terbuat dari kaca berbingkai baja, lantai marmer dan eskalator antik dengan unsur profil kayu jati. Saya memasuki GUM dari salah satu arcade yang tersambung dengan supermarket. Tanpa ragu, saya pun langsung berbelok masuk untuk berbelanja oleh-oleh mulai dari snack, coklat, teh, hingga keju, daging asap dan… Vodka! 

Metro Tour

Menjelajah stasiun adalah salah satu aktivitas seru yang hampir selalu saya lakukan saat traveling. Yang unik di sini bukan saja pemandangan hilir mudik penduduk lokal dengan gaya khas. Tapi stasiunnya itu sendiri yang mengundang decak kagum. Saya hanya sempat mengunjungi tiga stasiun saja, yaitu Komsomolskaya yang dipenuhi deretan chandelier megah dengan langit-langit berwarna kuning cerah (melambangkan matahari di bawah tanah), Novoslobodkaya dengan dominasi stain glass, serta Kievskaya, stasiun dengan dinding penuh mozaik dan mural karya seniman ternama. Masing-masing stasiun dirancang oleh arsitek yang berbeda. Konon pembangunan ini dikenal sebagai salah satu proyek paling ambisius pemerintahan Stalin (1928-1932) dan menjadi kebanggaan Uni Soviet pada masanya. 


(Moskow. Foto: Dok/HerworldIndonesia)

Arbat Street

Merupakan jalanan bebas mobil sepanjang kira-kira satu kilometer. Dipenuhi deretan toko souvenir yang juga menjual jaket berbahan bulu khas Rusia, toko buku (baru dan bekas), jajaran seniman jalanan yang memamerkan lukisan karyanya, serta restoran dan coffee shop mungil. Kami memutuskan untuk makan siang ekspres di MuMu restoran, yang menawarkan menu makan siang prasmanan a la Rusia. Sengaja kami memilih untuk duduk di meja yang terletak di balkon agar dapat sambil menikmati alunan musi para seniman muda yang membawakan lagu-lagu klasik. Pada abad ke-18 distrik Arbat dikenal sebagai tempat pemukiman paling prestisius di Moscow, sebelum dihancurkan oleh serangan Napoleon. 


Where To Stay

Memilih chain-hotel yang kebanyakan terletak di pusat kota adalah keputusan tepat saat kita tidak punya banyak waktu untuk mengeksplor kota. Berikut pilihannya.

- Ararat Park Hyatt 

- Four Seasons Hotel

- The-Ritz Carlton

- Moscow Marriot Royal Aurora

- Baltschug Kempinski Moscow


(Moskow. Foto: Dok/HerworldIndonesia)

What To Eat

Russian breakfast di Bosco Cafe wajib dicoba saat mengunjungi Moscow. Sarapan yang dihidangkan dengan cara set menu ini akan membuat perut terasa full bahkan hingga lewat jam makan siang. Selain itu, beberapa resto wajib coba adalah Bolshoi by Novikov dan Dr Zhivago kafe dengan interior klasik Rusia yang terletak tak jauh dari pusat kota.

Bolshoi Theatre

Terkenal dengan pertunjukan opera dan Russian ballet yang merupakan salah satu budaya terpenting Rusia. Gedungnya sangat megah dengan pilar besar nan kokoh. Sempatkan kesini walau belum tentu ada pementasan. Jika pas waktunya, Anda akan berkesempatan menikmati salah satu pertunjukan karya Mozart, Verdi, Wagner, ataupun Tchaikovsky yang hanya dipentaskan 3-4 kali saja dalam setahun.

(Teks: Shantica Warman)

Food & travel